Tantangan Dan Inovasi Dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar: Menuju Inklusi Yang Berkelanjutan.

Sabtu, 08 Juni 2024 09:27 WIB   Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Vivi Kurnia Herviani, M.Pd bersama dengan Aloysia Dian Nimas Prameswari, S.Pd

Pada hari Jumat, 7 Juni 2024, sebuah seminar pendidikan yang bertujuan untuk menambah wawasan yang berhubungan dengan pembelajaran peserta didik berkebutuha khusus. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa PGSD UMM, dengan pembicara Ibu Aloysia Dian Nimas Prameswari, S.Pd. Seminar ini mengusung tema “Tantangan Dan Inovasi Dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar: Menuju Inklusi Yang Berkelanjutan dan di moderatori oleh Ibu Vivi Kurnia Herviani, M.Pd. menjadi salah satu bentuk kepedulian akan tantangan dalam menumbuhkan inovasi di dunia Pendidikan khususnya bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK).

Tantangan dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar adalah kompleks dan memerlukan pendekatan yang holistik untuk mencapai inklusi yang berkelanjutan. Pendidikan Inklusi merupakan salah satu program pemerintah dalam mewujudkan keadilan di bidang pendidikan. Pendidikan Inklusi menjadi salah satu bentuk perwujudan pemerataan pendidikan tanpa diskriminasi. Dalam pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus (ABK) harus mendapatkan layanan pendidikan yang sama dengan anak normal di sekolah regular. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya sumber daya, termasuk kurangnya pelatihan bagi guru dan keterbatasan peralatan yang sesuai. Namun, melalui inovasi dalam pelatihan guru dan pengembangan teknologi pendidikan yang disesuaikan, kita dapat mengatasi hambatan ini. Selain itu, kesadaran akan pentingnya dukungan psikososial bagi anak-anak berkebutuhan khusus menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif.

"Inovasi perlu dilakukan dalam pengembangan pembelajaran saat ini, karena pembelajaran ini harus lebih responsif sesuai kebutuhan peserta didik" ujar Bu Aloysia selaku pembicara pada seminar ini. Hal ini menjadi tantangan bagi seluruh calon pendidik saat ini, perbaikan ini bisa dimulai dari pembaruan pendekatan pembelajaran.  Pendekatan pembelajaran yang beragam, seperti pembelajaran berbasis proyek atau pembelajaran berbasis masalah, dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka dengan lebih baik. Selain itu, integrasi sosial juga menjadi fokus penting, dan program-program yang mendorong interaksi sosial antara anak-anak berkebutuhan khusus dan rekan sekelas mereka dapat menjadi inovasi yang efektif dalam menciptakan lingkungan yang inklusif serta mendorong kolaborasi dengan lembaga-lembaga pendidikan khusus untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman, Pengembangan Sumber Daya dan menggandeng komunitas lokal, keluarga, dan pihak swasta untuk mendukung program inklusi di sekolah.

Maka kolaborasi menjadi penting antara semua pemangku kepentingan agar terciptanya keberlangsungan pendidikan inklusi, termasuk guru, orang tua, masyarakat, dan lembaga pendidikan, sangat penting untuk memastikan inklusi yang berkelanjutan. Melalui upaya bersama dan penerapan inovasi-inovasi yang sesuai, tentu dapat membangun sekolah dasar yang lebih inklusif, di mana setiap anak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal. Oleh karena itu, kolaborasi dan sinergi antara berbagai pihak diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan inklusif yang memadai dan berkelanjutan. Ini merupakan tanggung jawab bersama bagi semua pihak untuk memastikan bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki akses yang setara terhadap pendidikan yang berkualitas. (Kha)

Shared: